Cari Blog Ini

Minggu, 30 Januari 2011

Mahasiswa, antara idealisme dan sikap realistis (bag-1)

ketika seorang siswa kelas 3 sma telah dilepas oleh sekolahnya sebagai seorang manusia yang telah saatnya beranjak dewasa, maka saat itulah ia menghadapi kehidupan yang baru. kehidupan baru yang berbeda dari sebelumnya. beberapa diantara mereka langsung berkecimpung di dunia kerja, tidak berfikir atau ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. sebagian besar dari mereka pula berkeinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan menyandang status baru, "MAHASISWA".



tentunya, dunia kampus jauh berbeda dengan dunia sekolah sma dalam banyak aspek. baik itu aspek kurikulum, aspek sosial, aspek budaya, bahkan aspek politik yang merupakan dunia baru bagi para lulusan sma yang baru masuk ke dunia kampus. dalam kehidupan sehari-hari kehidupan kampus jauh berbeda dengan dunia sma. berbagai macam individu dan golongan bercampur di satu kampus yang besar. sifat-sifat orang yang ada di dalamnya juga berbeda, orientasi kehidupan yang mereka punya juga berbeda-beda.



ada mahasiswa aktivis, ada mahasiswa akademisi, ada mahasiswa hedonis, ada mahasiswa akademisi, ada mahasiswa agamis, dan lain-lain. setiap mahasiswa punya tujuan sendiri-sendiri. banyak mahasiswa yang berpendapat bahwa saat-saat seperti ini adalah saat-saat untuk membangun pergerakan-pergerakan mahasiswa, melakukan kontrol sosial terhadap pemerintah, berpolitik, bersosialisasi dengan masyarakt, membangun komunitas, dan lain-lain. hal ini tentu di dasari bahwa mahasiswa adalah irisan dari diagram trisula masyarakat keseluruhan. mahasiswa memunyai akses kepada masyarakat sipil, sebagai masyarakat sipil yang terpelajar. mahasiswa memunyai akses kepada masyarakat ekonomi, melalui alumni-alumni sat almamater yang berkecimpung di dunia bisnis dan ekonomi. mahasiswa pun memunyai akses kepada pemerintah pusat dan daerah karena memiliki fungsi kontrol sosial pemerintahan dan nilai-norma masyarakat.



banyak sekali pergerakan-pergerakan mahasiswa yang berhasil memenuhi fungsinya. masih kita ingat, runtuhnya rezim orde baru tahun 1998 adalah hasil puncak perjuangan pergerakan mahasiswa di seluruh indonesia. sebelum revolusi 1998, ada juga revolusi 1965 yang juga merupakan hasil dari pergerakan mahasiswa yang berhasil meruntuhkan rezim soekarno. selain itu, banyak pergerakan-pergerakan mahasiswa yang berpengaruh besar terhadap kendali pemerintahan sepajang sejarah republik indonesia.



hal ini bukan hanya di dasari oleh posisi mahasiswa sebagai irisan trisula masyarakat indonesia. lebih dari itu, mahasiswa memunyai idealisme tinggi yang tidak dimiliki oleh generasi-generasi tua maupun dibawah usia mahasiswa. dengan idealisme dan pengetahuan yang lebih luas dari masyarakat lainnya sebagai salah satu potensi, mahasiswa dapat membangun pergerakan-pergerakan nasional yang dapat mengguncangkan pemerintah dalam sekejap, membangun masyarakat yang tumbang, ataupun menjadi bahan bakar dalam kereta revolusi.



saat ini, mungkin mahasiswa tidak lagi terlihat aktif berpolitik seperti pada tahun 1997-1998 atau 1964-1965. namun mahasiswa tetap melakukan berbagai pergerakan, terutama pergerakan kontrol sosial pemerintah. berbagai aksi mulai dari demonstrasi, konferensi, seminar, dan lain-lain dilakukan dan di inisiasi oleh mahasiswa sebagai rasa peduli mereka terhadap masyarakat indonesia. mereka berani meninggalkan aktivitas akademis mereka agar pergerakan dan kegiatan yang mereka lakukan berjalan dengan lancar. idealisme serta semangat yang tinggi adalah bahan bakar yang mereka gunakan sebagai dasar dari berbagai pergerakan mahasiswa yang dibuat.



namun, terkadang ada saja mahasiswa yang lupa akan tupoksinya sebagai pelajar di perguruan tinggi. terlalu semangat dalam bergerak, kondisi akademiknya malah kacau balau. nilai-nilai akademis hancur, kuliah terbengkalai, terkena berbagai kasus akademis di kampus, bahkan mendapatkan titel MA (mahasiswa abadi) dan DO gara-gara terlalu aktif di luar kampus. tidak jarang mahasiswa yang berpikir bahwa sukses dikampus tidak ditentukan oleh nilai-nilai akademis. pendapat itu tidak salah, toh, sukses di dunia kampus memang bukan bersandar pada nilai dan prestasi akademis. akan tetapi sebagai seorang mahasiswa tidak mungkin untuk melupakan tugas pokok sebagai pelajar tingkat tinggi. tugas menuntut ilmu harus tetap dilakukan disamping bergerak dalam membangun masyarakat indonesia.



saya (penulis) pernah bertemu dengan seorang wartawan lokal di lebak. dia menceritakan kepada saya bagaimana dia begitu aktif di berbagai pergerakan di kampusnya semasa kuliah. hampir setiap hari kerjaannya hanya demonstrasi dan berorasi, namun akhirnya dia menceritakan bahwa kondisi akademisnya berantakan, hampir setiap bulan dipanggil oleh bidang akademik kampusnya, dan pada akhirnya, dia lulus dengan nilai yang pas-pasan.



apa maksudnya...? seorang mahasiswa memang harus bersikap idealis. seorang mahasiswa memang harus aktif dalam bergerak serta membangun masyarakat agar potensi, posisi dan peranan mahasiswa sebagai irisan trisula masyarakat indonesia dapat didedikasikan dengan baik. mahasiswa harus aktif dalam berbagai organisasi, baik itu politik, sosial, budaya, keagamaan, dan lain-lain. organisasi dan lembaga merupakan wadah bagi setiap mahasiswa untuk turut aktif dalam membangun masyarakat. mahasiswa harus berperan aktif dalam berbagai hal, mulai dari kontrol sosial dengan cara berdemo, berdiskusi, berdialog dengan pemerintah serta mengkritik mereka, sampai dengan membangun masyarakat melalui pengabdian masyarakat dan kuliah atau kerja lapangan.



akan tetapi, mahasiswa harus bersikap realistis bahwa dirinya tidak dapat hidup dengan menganadalkan organisasi. bukan berarti saya (penulis) meremehkan fungsi dari organisasi, namun seorang mahasiswa harus sadar bahwa selain memunyai tanggung jawab terhadap masyarakat, ia juga memunyai tanggung jawab terhadap dirinya, keluarganya, serta kampus tempat ia menuntut ilmu. mahasiswa tetap harus memenuhi fungsinya sebagai pelajar, dengan itu ia dapat menyusun jalan bagi karir dirinya di masa depan. karir tersebut akan menjadi fondasi baginya untuk memberikan nafkah atau penghidupan agar dirinya dapat berperan lebih dalam masyarakat.



singkatnya seperti ini. mahasiswa harus aktif di dalam kehidupan bermasyarakat, melalui organisasi, lembaga, pergerakan mahasiswa dan lain-lain. namun mahasiswa juga tetap harus memiliki karir yang akan menunjang serta menghidupiya (memberikan nafkah khususnya uang) agar perannya dapat lebih maksimal di masyarakat luas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar