ketika seorang siswa kelas 3 sma telah dilepas oleh sekolahnya sebagai seorang manusia yang telah saatnya beranjak dewasa, maka saat itulah ia menghadapi kehidupan yang baru. kehidupan baru yang berbeda dari sebelumnya. beberapa diantara mereka langsung berkecimpung di dunia kerja, tidak berfikir atau ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. sebagian besar dari mereka pula berkeinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan menyandang status baru, "MAHASISWA".
tentunya, dunia kampus jauh berbeda dengan dunia sekolah sma dalam banyak aspek. baik itu aspek kurikulum, aspek sosial, aspek budaya, bahkan aspek politik yang merupakan dunia baru bagi para lulusan sma yang baru masuk ke dunia kampus. dalam kehidupan sehari-hari kehidupan kampus jauh berbeda dengan dunia sma. berbagai macam individu dan golongan bercampur di satu kampus yang besar. sifat-sifat orang yang ada di dalamnya juga berbeda, orientasi kehidupan yang mereka punya juga berbeda-beda.
ada mahasiswa aktivis, ada mahasiswa akademisi, ada mahasiswa hedonis, ada mahasiswa akademisi, ada mahasiswa agamis, dan lain-lain. setiap mahasiswa punya tujuan sendiri-sendiri. banyak mahasiswa yang berpendapat bahwa saat-saat seperti ini adalah saat-saat untuk membangun pergerakan-pergerakan mahasiswa, melakukan kontrol sosial terhadap pemerintah, berpolitik, bersosialisasi dengan masyarakt, membangun komunitas, dan lain-lain. hal ini tentu di dasari bahwa mahasiswa adalah irisan dari diagram trisula masyarakat keseluruhan. mahasiswa memunyai akses kepada masyarakat sipil, sebagai masyarakat sipil yang terpelajar. mahasiswa memunyai akses kepada masyarakat ekonomi, melalui alumni-alumni sat almamater yang berkecimpung di dunia bisnis dan ekonomi. mahasiswa pun memunyai akses kepada pemerintah pusat dan daerah karena memiliki fungsi kontrol sosial pemerintahan dan nilai-norma masyarakat.
banyak sekali pergerakan-pergerakan mahasiswa yang berhasil memenuhi fungsinya. masih kita ingat, runtuhnya rezim orde baru tahun 1998 adalah hasil puncak perjuangan pergerakan mahasiswa di seluruh indonesia. sebelum revolusi 1998, ada juga revolusi 1965 yang juga merupakan hasil dari pergerakan mahasiswa yang berhasil meruntuhkan rezim soekarno. selain itu, banyak pergerakan-pergerakan mahasiswa yang berpengaruh besar terhadap kendali pemerintahan sepajang sejarah republik indonesia.
hal ini bukan hanya di dasari oleh posisi mahasiswa sebagai irisan trisula masyarakat indonesia. lebih dari itu, mahasiswa memunyai idealisme tinggi yang tidak dimiliki oleh generasi-generasi tua maupun dibawah usia mahasiswa. dengan idealisme dan pengetahuan yang lebih luas dari masyarakat lainnya sebagai salah satu potensi, mahasiswa dapat membangun pergerakan-pergerakan nasional yang dapat mengguncangkan pemerintah dalam sekejap, membangun masyarakat yang tumbang, ataupun menjadi bahan bakar dalam kereta revolusi.
saat ini, mungkin mahasiswa tidak lagi terlihat aktif berpolitik seperti pada tahun 1997-1998 atau 1964-1965. namun mahasiswa tetap melakukan berbagai pergerakan, terutama pergerakan kontrol sosial pemerintah. berbagai aksi mulai dari demonstrasi, konferensi, seminar, dan lain-lain dilakukan dan di inisiasi oleh mahasiswa sebagai rasa peduli mereka terhadap masyarakat indonesia. mereka berani meninggalkan aktivitas akademis mereka agar pergerakan dan kegiatan yang mereka lakukan berjalan dengan lancar. idealisme serta semangat yang tinggi adalah bahan bakar yang mereka gunakan sebagai dasar dari berbagai pergerakan mahasiswa yang dibuat.
namun, terkadang ada saja mahasiswa yang lupa akan tupoksinya sebagai pelajar di perguruan tinggi. terlalu semangat dalam bergerak, kondisi akademiknya malah kacau balau. nilai-nilai akademis hancur, kuliah terbengkalai, terkena berbagai kasus akademis di kampus, bahkan mendapatkan titel MA (mahasiswa abadi) dan DO gara-gara terlalu aktif di luar kampus. tidak jarang mahasiswa yang berpikir bahwa sukses dikampus tidak ditentukan oleh nilai-nilai akademis. pendapat itu tidak salah, toh, sukses di dunia kampus memang bukan bersandar pada nilai dan prestasi akademis. akan tetapi sebagai seorang mahasiswa tidak mungkin untuk melupakan tugas pokok sebagai pelajar tingkat tinggi. tugas menuntut ilmu harus tetap dilakukan disamping bergerak dalam membangun masyarakat indonesia.
saya (penulis) pernah bertemu dengan seorang wartawan lokal di lebak. dia menceritakan kepada saya bagaimana dia begitu aktif di berbagai pergerakan di kampusnya semasa kuliah. hampir setiap hari kerjaannya hanya demonstrasi dan berorasi, namun akhirnya dia menceritakan bahwa kondisi akademisnya berantakan, hampir setiap bulan dipanggil oleh bidang akademik kampusnya, dan pada akhirnya, dia lulus dengan nilai yang pas-pasan.
apa maksudnya...? seorang mahasiswa memang harus bersikap idealis. seorang mahasiswa memang harus aktif dalam bergerak serta membangun masyarakat agar potensi, posisi dan peranan mahasiswa sebagai irisan trisula masyarakat indonesia dapat didedikasikan dengan baik. mahasiswa harus aktif dalam berbagai organisasi, baik itu politik, sosial, budaya, keagamaan, dan lain-lain. organisasi dan lembaga merupakan wadah bagi setiap mahasiswa untuk turut aktif dalam membangun masyarakat. mahasiswa harus berperan aktif dalam berbagai hal, mulai dari kontrol sosial dengan cara berdemo, berdiskusi, berdialog dengan pemerintah serta mengkritik mereka, sampai dengan membangun masyarakat melalui pengabdian masyarakat dan kuliah atau kerja lapangan.
akan tetapi, mahasiswa harus bersikap realistis bahwa dirinya tidak dapat hidup dengan menganadalkan organisasi. bukan berarti saya (penulis) meremehkan fungsi dari organisasi, namun seorang mahasiswa harus sadar bahwa selain memunyai tanggung jawab terhadap masyarakat, ia juga memunyai tanggung jawab terhadap dirinya, keluarganya, serta kampus tempat ia menuntut ilmu. mahasiswa tetap harus memenuhi fungsinya sebagai pelajar, dengan itu ia dapat menyusun jalan bagi karir dirinya di masa depan. karir tersebut akan menjadi fondasi baginya untuk memberikan nafkah atau penghidupan agar dirinya dapat berperan lebih dalam masyarakat.
singkatnya seperti ini. mahasiswa harus aktif di dalam kehidupan bermasyarakat, melalui organisasi, lembaga, pergerakan mahasiswa dan lain-lain. namun mahasiswa juga tetap harus memiliki karir yang akan menunjang serta menghidupiya (memberikan nafkah khususnya uang) agar perannya dapat lebih maksimal di masyarakat luas.
fatehaitb10
Cari Blog Ini
Minggu, 30 Januari 2011
Jumat, 17 Desember 2010
Ketika yang mengalahkan kita adalah diri kita sendiri
Sore itu seorang teman menyampaikan pesan panitia kepada temannya yang lain...
"Karena penyisihan kemarin hasilnya seri jadi siapa yang punya waktu, lusa boleh jadi wakil kelas untuk pertandingan lusa, kamu aja yah...?!"
Sejenak teman yang disampaikan pesan itu merenung...
"Penyisihan kemarin aku memang merasa aku lebih baik...dari tiga kriteria...aku memenuhi semuanya...tapi toh nilai koma aku paling sedikit...emang sih hasil akhirnya dibulatkan dan ga da pemenang."
"Mau ga?"
"Okey deh!"
Keesokan harinya aku mempersiapkan semuanya dengan baik dan aku sangat yakin aku akan memenangkan seluruh hadiahnya, bahkan aku pasti akan menyisihkan sebagian hadiahnya untuk disumbangkan.
Tibalah hari pertandingan. Tepat pukul 8 pagi aku pergi ke tempat pertandingan, aku yakin aku akan telat, tapi aku yakin aku tidak akan mengalami masalah diskualifikasi karena aku yakin peserta lain juga telat.
Tepat pukul 9 pagi, batas akhir mendaftar ulang pertandingan, aku datang ke meja panitia, tapi aku ditolak.
"Dari kelompok kamu sudah ada yang mewakilkan."kata panitia
Kulihat namanya, aku tidak mengenalnya. Hendak aku akan membela diri tapi...
"Maaf yah pendaftaran ulang ditutup, pertandingan akan dimulai."
Semakin aku terhenyak...kulihat persiapan peserta lain yang tadinya adalah calon lawan - lawanku...secara teori dan praktik semua yang ada disitu memastikan mereka akan kalah olehku...
Ah, aku masih terlalu angkuh…toh aku ternyata tidak dapat bertanding…sampai akhirnya ku saksikan penyerahan penghargaan kepada pemenang…aku baru sadar aku yang kalah...bukan oleh mereka tapi oleh diriku sendiri...
Keyakinan bukan segala – galanya. Terlalu yakin artinya sombong. Ingatlah bahwa Allah SWT yang menentukan semua.
Tulislah rencanamu dengan pensil kemudian berikan penghapusnya kepada Tuhanmu dengan ikhlas sehingga Dia akan menghapus mana yang kurang baik untukmu. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui.
"Karena penyisihan kemarin hasilnya seri jadi siapa yang punya waktu, lusa boleh jadi wakil kelas untuk pertandingan lusa, kamu aja yah...?!"
Sejenak teman yang disampaikan pesan itu merenung...
"Penyisihan kemarin aku memang merasa aku lebih baik...dari tiga kriteria...aku memenuhi semuanya...tapi toh nilai koma aku paling sedikit...emang sih hasil akhirnya dibulatkan dan ga da pemenang."
"Mau ga?"
"Okey deh!"
Keesokan harinya aku mempersiapkan semuanya dengan baik dan aku sangat yakin aku akan memenangkan seluruh hadiahnya, bahkan aku pasti akan menyisihkan sebagian hadiahnya untuk disumbangkan.
Tibalah hari pertandingan. Tepat pukul 8 pagi aku pergi ke tempat pertandingan, aku yakin aku akan telat, tapi aku yakin aku tidak akan mengalami masalah diskualifikasi karena aku yakin peserta lain juga telat.
Tepat pukul 9 pagi, batas akhir mendaftar ulang pertandingan, aku datang ke meja panitia, tapi aku ditolak.
"Dari kelompok kamu sudah ada yang mewakilkan."kata panitia
Kulihat namanya, aku tidak mengenalnya. Hendak aku akan membela diri tapi...
"Maaf yah pendaftaran ulang ditutup, pertandingan akan dimulai."
Semakin aku terhenyak...kulihat persiapan peserta lain yang tadinya adalah calon lawan - lawanku...secara teori dan praktik semua yang ada disitu memastikan mereka akan kalah olehku...
Ah, aku masih terlalu angkuh…toh aku ternyata tidak dapat bertanding…sampai akhirnya ku saksikan penyerahan penghargaan kepada pemenang…aku baru sadar aku yang kalah...bukan oleh mereka tapi oleh diriku sendiri...
Keyakinan bukan segala – galanya. Terlalu yakin artinya sombong. Ingatlah bahwa Allah SWT yang menentukan semua.
Tulislah rencanamu dengan pensil kemudian berikan penghapusnya kepada Tuhanmu dengan ikhlas sehingga Dia akan menghapus mana yang kurang baik untukmu. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui.
Rabu, 15 Desember 2010
Mengukur panjang dunia
Seorang teman bertanya pada Fulan: "Berapa meterkah panjang dunia ini?"
Pada saat yang sama orang-orang mengusung petimati berisi jenazah ke kuburan.
Fulan pun menunjuk petimati itu dan berkata, "Tanya dia! Lihat, dia telah mengukurnya, menghitung, dan sekarang dia pergi!"
Pada saat yang sama orang-orang mengusung petimati berisi jenazah ke kuburan.
Fulan pun menunjuk petimati itu dan berkata, "Tanya dia! Lihat, dia telah mengukurnya, menghitung, dan sekarang dia pergi!"
Selasa, 07 Desember 2010
Seorang profesor diundang untuk berbicara di sebuah basis militer. Di sana ia berjumpa dengan seorang prajurit yang tak mungkin dilupakannya, bernama Harry.
Harry yang dikirim untuk menjemput sang profesor di bandara. Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju ke tempat pengambilan koper. Ketika berjalan keluar, Harry sering menghilang. Banyak hal yang dilakukannya, ia membantu seorang wanita tua yang kopernya jatuh, kemudian mengangkat anak kecil agar dapat melihat pemandangan. Ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar. Setiap kali ia kembali ke sisi sang profesor itu, senyum lebar selalu menghiasi wajahnya.
”Dari mana Anda belajar melakukan hal – hal seperti itu?” tanya sang profesor. ”Oh,”kata Harry,”selama perang saya kira.” Lalu ia menuturkan kisah perjalanan tugasnya di Vietnam, termasuk tugasnya saat itu, membersihkan ladang ranjau dan bagaimana ia harus menyaksikan satu persatu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya.
”Saya belajar untuk hidup diantara pijakan setiap langkah,”katanya. ”Saya tak pernah tahu apakah langkah berikutnya merupakan pijakan yang terakhir dalam hidup, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat dan memijakkan kaki. Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah dunia baru, dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini.”
Kelimpahan hidup tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani hidup yang berkualiatas. (private-lib@telkom.net)
Sepenggal cerita diatas patutlah kita renungkan. Berapa banyak yang telah kita inginkan dari orang – orang disekitar kita serta dunia ini? Seberapa sering kita berdoa, meminta sesuatu, kepada Allah SWT? Tetapi, apa saja yang telah kita lakukan untuk mereka serta tentu saja Allah SWT? Layaklah kita, dalam memulai tahun yang baru ini untuk berhijrah. Hijrah berarti berpindah. Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah dari Mekkah, kota yang menjadi pusat jahiliyyah saat itu ke Madinah, kota yang menjadi cikal bakal pusat Islam. Peristiwa itu dijadikan sebagai awal penanggalan tahun Islam, tahun Hijriah. Awal tahun merupakan waktu melakukan intropeksi dan evaluasi terhadap apa saja yang telah kita lakukan serta merencanakan dan memulai tahun dengan berhijrah. Bukan berpindah tempat tinggal, sekolah, kuliah, tempat kerja, atau jabatan, tetapi berpindah diri. Dari diri yang belum tahu menjadi tahu, dari diri yang jahat menjadi diri yang baik, dari diri yang baik menjadi lebih baik. Setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, haruslah selalu ada perubahan dalam diri kita meskipun hanya sekedar menjadi orang yang selalu mengucapkan salam keselamatan kepada orang yang disayanginya atau menjadi orang yang selalu mengucapkan basmalah dalam memulai pekerjaan. Setiap saat kita pun harus selalu bersyukur atas segala yang telah Allah SWT berikan meskipun hanyalah udara yang bebas kita hirup, mata yang bisa berkedip, serta jantung yang masih bisa berdetak.
Berbahagialah seseorang yang hari ini menjadi lebih baik dari kemarin, merugilah seseorang yang hari ini seperti kemarin.
Tidak ada hal yang lebih baik untuk memaknai kedatangan 1 Muharram 14 Muharram 1432 H, selain dengan menjadilebih baik dari kemarin, melakukan hal yang telah diperintahkan – Nya serta meninggalkan hal yang dilarang oleh Allah SWT.
Harry yang dikirim untuk menjemput sang profesor di bandara. Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju ke tempat pengambilan koper. Ketika berjalan keluar, Harry sering menghilang. Banyak hal yang dilakukannya, ia membantu seorang wanita tua yang kopernya jatuh, kemudian mengangkat anak kecil agar dapat melihat pemandangan. Ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar. Setiap kali ia kembali ke sisi sang profesor itu, senyum lebar selalu menghiasi wajahnya.
”Dari mana Anda belajar melakukan hal – hal seperti itu?” tanya sang profesor. ”Oh,”kata Harry,”selama perang saya kira.” Lalu ia menuturkan kisah perjalanan tugasnya di Vietnam, termasuk tugasnya saat itu, membersihkan ladang ranjau dan bagaimana ia harus menyaksikan satu persatu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya.
”Saya belajar untuk hidup diantara pijakan setiap langkah,”katanya. ”Saya tak pernah tahu apakah langkah berikutnya merupakan pijakan yang terakhir dalam hidup, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat dan memijakkan kaki. Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah dunia baru, dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini.”
Kelimpahan hidup tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani hidup yang berkualiatas. (private-lib@telkom.net)
Sepenggal cerita diatas patutlah kita renungkan. Berapa banyak yang telah kita inginkan dari orang – orang disekitar kita serta dunia ini? Seberapa sering kita berdoa, meminta sesuatu, kepada Allah SWT? Tetapi, apa saja yang telah kita lakukan untuk mereka serta tentu saja Allah SWT? Layaklah kita, dalam memulai tahun yang baru ini untuk berhijrah. Hijrah berarti berpindah. Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah dari Mekkah, kota yang menjadi pusat jahiliyyah saat itu ke Madinah, kota yang menjadi cikal bakal pusat Islam. Peristiwa itu dijadikan sebagai awal penanggalan tahun Islam, tahun Hijriah. Awal tahun merupakan waktu melakukan intropeksi dan evaluasi terhadap apa saja yang telah kita lakukan serta merencanakan dan memulai tahun dengan berhijrah. Bukan berpindah tempat tinggal, sekolah, kuliah, tempat kerja, atau jabatan, tetapi berpindah diri. Dari diri yang belum tahu menjadi tahu, dari diri yang jahat menjadi diri yang baik, dari diri yang baik menjadi lebih baik. Setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, haruslah selalu ada perubahan dalam diri kita meskipun hanya sekedar menjadi orang yang selalu mengucapkan salam keselamatan kepada orang yang disayanginya atau menjadi orang yang selalu mengucapkan basmalah dalam memulai pekerjaan. Setiap saat kita pun harus selalu bersyukur atas segala yang telah Allah SWT berikan meskipun hanyalah udara yang bebas kita hirup, mata yang bisa berkedip, serta jantung yang masih bisa berdetak.
Berbahagialah seseorang yang hari ini menjadi lebih baik dari kemarin, merugilah seseorang yang hari ini seperti kemarin.
Tidak ada hal yang lebih baik untuk memaknai kedatangan 1 Muharram 14 Muharram 1432 H, selain dengan menjadilebih baik dari kemarin, melakukan hal yang telah diperintahkan – Nya serta meninggalkan hal yang dilarang oleh Allah SWT.
Langganan:
Postingan (Atom)